Translate

Jumat, 18 September 2020

Pengakuan

 

Pengakuan

 

 

Kenapa?

Kenapa? Selalu saja......

Kenapa aku......

Dan kenapa aku mesti....

            Selalu saja ada. Pertanyaan itu. Selalu kenapa dan kenapa. Ku tak tahu mesti kenapa. Ku merasa bingung hingga menjadikanku tak berguna. Aku ragu, emakin menambah tak bergunaanku. Kenapa selalu aku. Aku tak dihargai. Ku tak diangap. Tak ada yang menyadari keberadaanku. Tak ada yang menoleh, memerhatikan, ataupun menyapaku. Apalagi bercakap denganku.

            Tapi, harga dari orang lain yang diberikan pada diri itu jauh lebih penting. Harga terhadap diri yang diberikan oleh orang itu bukanlah berupa materi. Tapi, penghargaan yang diberikan berupa penghormatan terhadap diri. Karena dengan merhargai itu sudah mencakup keseluruhan. Pengakuan, pasti ada. Karena ada penauan maka penghargaan menjadi ada.

            "Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain."

            Kalimat itu adalah kalimat yang berasal dari nabi.Yaitu salah satu dari ribuan, bahkan puluh ribuan, hadist nabi. Kalimat itu mengisaratkan kalau mausia yang aik adalah manusia yang berguna (bermanfaat) bagi manusia yang lain. Berarti nilai seseorang itu ditentukan oleh seberapa banyak ia dimanfaatkan oleh orang lain. Namun agaknya kata itu terlalu kasar untuk diucapkan. Manusia itu dinilai berdasarkan dari seberapa besar ia bermanfaat atau mungkin membantu orang lain ( namun intinya tetap saja bermanfaat bagi orang lain).

            Namun jika seberapa banyak ia bermanfaat, mungkin orang yang di sebut kuli pesuruh atau relawanlah yang menang. Karena mereka benar-benar bermanfaat bagi orang lain, bahkan sampai dimafaatkan. Tapi kata dimanfaatkan itu memiliki arti yang sungguh tak mengenakkan. Dimanfaatkan. Siapa yang mau dimanfaatkan?

            Mana ada orang yang mau dimanfaatkan oleh orang lain. Itu nampak seperti merendahan derajatnya, tak dihargai atau dianggap remeh. Utamanya dimata orang itu dan dimata orang lain, karena tak memiliki harga, tak berguna, bahkan mungkin ia lebih baik dimanfaatkan daripada hidup tak berguna, dianggap ia bodoh, atau apalah. Ada juga orang yang berasumsi seperti itu. Entah itu orang yang memanfaatkan atau yang dimanfaatkan.

            Orang yang "memanfaatkan" biasanya ia lebih tinggi derajatnya dari pada orang lain hingga ia memandang orang lain itu rendah. Tanpa ada dia orang itu takkan berguna. Dan tanpa ada dia ia takkan berarti apa-apa, karena ialah yang membuthkan orang yang lebih tinggi darinya. Sebaliknya orang yang "dimanfaatkan" itu justru bangga dengan keadaannya. Ia direndahkan malah bangga. Diremehkan malah bangga. Ia berasumsi kalau ia sangat berarti bagi orang itu. Ia tak merisaukan dan bangga dngan gelarnya yang dijadikan sebagai orang rendahan.

            Semua itu sudah lumrah terjadi didunia ini. Kaya yag miskin. Memanfaatkan dan dimanfaatkan. Sekitar lingkungan kita juga banyak. Hanya saja mungkin bahasanya yang di perhalus. Antara orang satu dengan orang yang lain memiliki hubungan yang takkan pernah terpisahkan. Mereka akan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Sudah hukum alam.

            Terkadang aku juga berpikiran seperti itu, dimanfaatkan oleh orang lain itu lebih baik dari pada tak bermanfaat bagi orang lain. Paling tidak ada yang membutuhkanku walaupun begitu.

+++

            Tapi kenapa? Selalu saja aku!

            Aku. Selalu saja aku. Aku tak tak bisa. Ingin rasanya aku menangis. Menangis sejadi-jadinya. Mencurahkan semua yang mengganjal di hatiku, memenuhi jiwaku. Andai kalau aku bisa mencurahkan sedih ku, mungkin aku menjadi lebih baik. Tapi ku tak bisa. Sedih itu kini telah berubah menjadi amarah. Dan kini amarah itu menyelimuti hatiku. Terasa sesak. Di dada.

            Kenapa?

            Aku selalu tak bisa terima itu. Aku tak bisa terima kalau aku dipandang remeh oleh orang lain. Entah itu temanku, keluargaku, apalagi guruku. Aku tahu seberapa besar kemampuanku. Seberapa bakatku. Aku tahu itu. Aku menyadari itu. Tapi aku? Aku ingin membuktikan keberadaanku. Kemampuanku. Bakatku. Aku ingin mereka menyadari keberadaanku. Seberapa berharganya diriku. Aku pasti bisa. Hanya saja, aku perlu waktu yang cukup lama untuk membuktikannya.

+++

            Dan kenapa mesti aku?

            Sungguh, jika kupikirkan terus aku takkan pernah merasakan ketenangan dalam hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar